Pages

Sabtu, 12 Mei 2012

Siasati BBM Masyarakat Gunakan Benhur


KM Tantonga: Ramai orang membicarakan kenaikan BBM, masyarakat Bima justru tetap asyik menikmati sarana tranportasi tradisional Benhur.  Transportasi yang menggunakan tenaga kuda ini merupakan salah satu warisan budaya yang memberi ciri khas kebudayaan tersendiri yang terus dilestarikan. Walaupun sudah banyak kendaraan bermotor yang lebih cepat dan lebih canggih, tetapi pemanfaatan transportasi ini masih diminati. Selain itu sarana transportasi dengan tenaga kuda ini juga dapat dimodifikasi menjadi gerobak, karena kotak benhur sudah dirancang untuk memliki dua fungsi yang berbeda tergantung pada kebutuhan dan pemanfaatannya.


Apabila dibutuhkan untuk mengangkut barang dan material lainnya maka, pemilik benhur akan memodifikasi benhur menjadi gerobak dan membuka atapnya yang di ikat oleh beberapa baut, setelah atapnya terbuka maka benhur akan berganti nama dan berganti fungsi menjadi gerobak yang siap digunakan untuk mengangkut barang dan material lainnya.
Suhardin (45) kusir benhur/gerobak asal Desa Sie Kecamatan Monta,menuturkan kepada Tantonga, dalam sehari ia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan pendapatan mencapai 30 ribu rupiah. “Lebih-lebih jika dihari kerja,” ujarnya polos karena pemanfaat benhur masih didominasi oleh pegawai dan para siswa yang berdomisili sekitar desa Sie, Tangga, Sakuru dan desa Monta.
Pria yang mengaku telah lebih dari 15 tahun melakoni pekerjaannya sebagai kusir ini jika hari libur mensiasati dengan memanfaatkan benhurnya sebagai gerobak untuk alat pengangkut material seperti pasir, dan bahan bangunan lainnya. Gerobak juga masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat tani sebagai sarana pengangkut pasca panen, selain lebih murah dan juga lebih efisien untuk mengangkut hasil dari lokasi panen ke tempat penyinpanan masyarakat.
Dengan dua kelebihan diatas Suhardin Optimis bahwa benhur/gerobak mampu bertahan ditengan hadirnya sarana transportasi moderen yang semakin banyak saat ini, dengan keyakinan bahwa setiap alat yang dibuat pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Yang jelas Benhur tidak pusing jika BBM naik,” ujarnya polos.
Suhardin juga berharap agar keberadaan alat transportasi ramah lingkungan ini mendapat perhatian pemerintah untuk mendukung pariwisata daerah kedepannya, karena selain sebagai alat transportasi umum benhur juga dapat di manfaatkan sebagai sarana transportasi pariwisata daerah Bima. [AL]

Pacu Kreatifitas Siswa Dengan Menyajikan Masakan Khas Daerah


KM Tantonga: Sekolah Dasar SDN SIE Kec. Monta menggelar Ujian Sekolah (US) yang dijadwalkan pada tanggal, 23-26 April 2012 adapun mata pelajaran yang di uji sekolahkan diantaranya adalah mata pelajaran IPA, IPS, PKn, Agama, BahasaIndonesia. Matematika, Mulok, Penjaskes, SBK, namun yang menarik perhatian siswa dari beberapa mata pelajaran yang di uji sekolahkan tersebut diatas adalah mata pelajaran Mulok (Muatan Lokal) pasalnya siswa bisa menguji kemanpuan dan kretifitasnya dalam menyajikan masakan khas daerah Bima melalui ujian praktek.

Jadwal kegiatan ujian praktek mulok dilaksanakan pada hari Sabtu, (28/4/12), Ayu Larasati salah satu siswi mengaku bahwa kegiatan mulok sangat disukai dan ditunggu pelaksanaanya karena setelah berakhirnya ujian tulis hari kamis, (26/4/12) kemarin, hari ini adalah saatnya kami mengespresikan kebanggaan kami dalam meracik dan menyajikan makanan khas daerah Bima untuk disuguhkan pada tim penilai.

Beberapa menu yang di sajikan adalah, uta mbeca maci (sayur bening khas bima), uta londe palamara, londe puru (bandeng bakar), lada (urap), dan doco mangge, otomatis yang terlibat dalam kegiatan ini adalah siswa kelas VI SD dalam rangka memenuhi nilai ujian sekolahnya, dari 34 jumlah siswa dibagi dalam dua kelompok untuk menyajikan menu-menu yang telah diberikan, dibawa pengawasan dan bimbingan guru mata pelajaran mulok sendiri ungkap Masitah, S.Pd sekaligus guru mata pelajaran mulok tersebut.

Mursalin Ibrahim, S.Pd Kepala Sekolah menjelaskan kegiatan ujian prektek mulok ini selain untuk mendapatkan nilai sekolah, juga sebagai pemacu semangat dan kretaifitas siswa dalam meyajikan dan mengenal masakan khas daerahnya sendiri, “sedangkan tim penilai dalam kegiatan ini adalah guru-guru yang ada di sekolah kami sendiri”. Ungkapnya.

Meski dengan menggunakan peralatan yang cukup sederhana dan seadanya tetapi para siswa dan siswi ini antusias dan trampil menunjukan kebolehannya dalam hal memasak, kegiatan ini di pusatkan pada halaman belakang sekolah karena disana lebih luas dan memungkinkan untuk kegiatan ini, setelah menyelesaikan sajiannya dan telah dinilai oleh tim penilai, siswa dapat menikmati hidangan hasil kreasinya dengan anggota kelompok masing-masing. [AL]